Yogyakarta–Kyoto, Dua Jiwa Kebudayaan Menuju Kemajuan
Diskusi Yogyakarta — Persahabatan antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Prefektur Kyoto, Jepang, menapaki usia empat dekade, menandai perjalanan panjang kerja sama budaya, pendidikan, dan ekonomi yang terus berkembang sejak pertama kali terjalin pada 1985. Hubungan tersebut menjadi simbol persaudaraan dua wilayah yang sama-sama berakar kuat pada nilai tradisi dan kebudayaan.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam sambutannya pada Jamuan Makan Malam Bersama Ketua Dewan, Wakil Gubernur, dan Delegasi Prefektur Kyoto, di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Senin (03/11), menegaskan bahwa empat puluh tahun kerja sama ini bukan sekadar perayaan diplomasi antardaerah, melainkan bentuk nyata dari jembatan kebudayaan yang menumbuhkan saling pengertian dan kemajuan bersama.
“Jika Kyoto dikenal sebagai Jantung Peradaban Jepang, maka Jogja adalah Jiwa Peradaban Jawa. Dua entitas wilayah yang sama-sama menjadikan budaya sebagai panduan untuk menata masa depan. Empat puluh tahun perjalanan kerja sama adalah kisah bagaimana dua kota berjiwa budaya memaknai persahabatan lintas generasi,” tutur Sri Sultan dalam pidatonya.
Lebih lanjut, Sri Sultan menyampaikan bahwa kerja sama antara Yogyakarta dan Kyoto telah berkontribusi dalam berbagai bidang, mulai dari pelestarian warisan budaya takbenda, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui program pertukaran pelajar dan seniman, hingga kolaborasi di sektor pariwisata berkelanjutan. Ia juga menekankan pentingnya memperkuat hubungan di bidang ekonomi kreatif, energi bersih, dan tata kelola kota berbasis kebudayaan.
Sementara itu, Wakil Gubernur Prefektur Kyoto, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat Yogyakarta atas sambutan hangat dan kerja sama yang konsisten selama empat dekade terakhir. Ia berharap persahabatan antara Kyoto dan Yogyakarta dapat terus menjadi contoh hubungan internasional yang berpijak pada nilai-nilai budaya dan kemanusiaan.
Kegiatan tersebut juga diisi dengan penampilan kesenian tradisional yang menampilkan harmoni budaya kedua daerah, seperti kolaborasi gamelan dan musik Jepang (shamisen), serta penandatanganan nota kesepahaman baru mengenai penguatan kerja sama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Penutupan malam persahabatan Yogyakarta–Kyoto ini menjadi refleksi bahwa hubungan yang lahir dari semangat budaya tidak hanya mampu menjaga warisan masa lalu, tetapi juga menuntun kedua daerah menuju masa depan yang berkelanjutan, damai, dan saling menginspirasi.






