Diskusi Yogyakarta – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, kembali menarik perhatian publik setelah menyatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan pengawalan dalam setiap perjalanan dinas maupun kunjungan kerja. Bahkan, Sultan mengaku terbiasa menyetir mobilnya sendiri tanpa dikawal aparat kepolisian atau iring-iringan kendaraan dinas.
Pernyataan tersebut disampaikan Sultan saat ditemui wartawan di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Senin (13/10/2025). Hal ini menjadi sorotan publik setelah beredarnya sebuah video viral di media sosial yang memperlihatkan mobil pribadinya berhenti di lampu merah, sementara di saat yang sama iring-iringan kendaraan pejabat lain yang dikawal polisi melintas mendahului.
“Kenapa dipersoalkan? Kan tidak perlu dipersoalkan pakai pengawalan atau tidak, biasa aja,” ujar Sultan dengan nada santai kepada awak media.
Sultan menjelaskan bahwa dirinya memang sejak lama tidak menggunakan pengawalan, kecuali dalam situasi tertentu yang bersifat sangat resmi atau membutuhkan protokol keamanan negara. Dalam kegiatan sehari-hari sebagai gubernur, ia merasa lebih nyaman berkendara tanpa pengawalan.
Baca Juga : Harga Sembako Jogja Hari Ini 22 September 2025: Ada Update Cabai-Bawang!
“Ya memang saya biasa nggak ada pengawalan kok. Kalau nggak acara resmi, ya ok saja nyetir sendiri,” tambahnya.
Menurut Sultan, keputusannya untuk tidak dikawal bukanlah bentuk penolakan terhadap fasilitas negara, melainkan bagian dari gaya kepemimpinan sederhana yang telah ia terapkan sejak awal menjabat sebagai gubernur. Ia menilai bahwa seorang pemimpin tidak harus selalu tampil dengan kemewahan atau protokol ketat yang menciptakan jarak dengan masyarakat.
Lebih jauh, Sultan juga menilai bahwa pengawalan berlebihan justru bisa mengganggu kenyamanan pengguna jalan lainnya. Iring-iringan pejabat sering kali mendapat prioritas di jalan raya, sehingga menyebabkan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat umum.
“Kalau saya tidak dikawal, ya saya bisa ikut aturan lalu lintas seperti warga lain. Berhenti di lampu merah, antre di jalan, itu biasa saja,” tegasnya.
Sikap Sultan ini bukan kali pertama menjadi perhatian publik. Dalam berbagai kesempatan, ia kerap hadir ke lokasi kegiatan menggunakan mobil pribadi dengan sopir sendiri atau bahkan menyetir sendiri. Beberapa warga juga pernah mengunggah momen ketika Sultan terlihat berkendara tanpa pengawalan, sesuatu yang jarang dilakukan oleh pejabat tinggi setingkat gubernur.
Bagi sebagian masyarakat Yogyakarta, sikap Sultan dianggap sebagai cerminan kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hal ini juga sejalan dengan karakter kepemimpinan Kasultanan Yogyakarta yang selama ini dikenal rendah hati dan tidak berjarak dengan masyarakatnya.
Sejumlah pengamat menilai bahwa langkah Sultan ini bisa menjadi contoh bagi pejabat publik lainnya untuk lebih peka terhadap kondisi masyarakat. “Pejabat negara tidak selalu harus diistimewakan di jalan raya. Tindakan sederhana seperti ini justru memperlihatkan keteladanan,” ujar salah satu pemerhati kebijakan publik di Yogyakarta.
Meski demikian, keputusan Sultan ini juga menimbulkan diskusi mengenai aspek keamanan pejabat negara. Beberapa kalangan mengingatkan bahwa posisi Sultan sebagai gubernur dan raja Kasultanan Yogyakarta memiliki nilai simbolik yang tinggi, sehingga aspek keamanan pribadi tetap perlu diperhatikan, meski tidak harus menggunakan pengawalan penuh setiap saat.
Untuk saat ini, Sultan tetap pada pendiriannya. Ia menyatakan akan terus berkendara seperti biasa, tanpa kawalan, selama tidak ada kegiatan kenegaraan yang mewajibkan pengamanan ketat.