Diskusi Yogyakarta — Ribuan warga dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memadati area Kompleks Pajimatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Rabu (5/11/2025), untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Sri Susuhunan Pakubuwono (PB) XIII, Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, yang wafat pada usia 77 tahun.
Prosesi pemakaman berlangsung khidmat dan penuh haru, di bawah pengawasan ketat abdi dalem serta aparat keamanan. Sejak pagi, warga sudah berdatangan ke kawasan Imogiri, banyak di antaranya mengenakan pakaian adat Jawa sebagai bentuk penghormatan. Jalan menuju kompleks makam pun dipadati pelayat yang berdiri di tepi jalan sambil melantunkan doa.
Sekitar pukul 10.30 WIB, iring-iringan jenazah tiba di pintu gerbang utama Pajimatan Imogiri. Upacara penyerahan jenazah dari pihak Keraton Surakarta kepada Bupati Juru Kunci Makam Raja-Raja Imogiri dilakukan secara adat, disaksikan keluarga besar keraton, pejabat pemerintah, serta tamu undangan dari berbagai kalangan, termasuk perwakilan Keraton Yogyakarta dan Pura Mangkunegaran.
Jenazah kemudian dibawa menaiki 45 anak tangga menuju Masjid Kagungan Dalem Pajimatan Imogiri untuk disalatkan. Prosesi salat jenazah berlangsung dalam suasana hening dan khusyuk, dipimpin oleh penghulu keraton. Banyak warga yang tidak tertampung di dalam masjid memilih untuk ikut berdzikir dan berdoa di pelataran masjid maupun sepanjang jalan menuju puncak makam.
Setelah disalatkan, jenazah Sri Susuhunan PB XIII dimakamkan di Saptorenggo, kompleks pemakaman khusus bagi raja-raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat, bersebelahan dengan makam para pendahulunya seperti PB X dan PB XII. Sejumlah abdi dalem tampak meneteskan air mata ketika peti jenazah perlahan diturunkan ke liang lahat, diiringi taburan bunga dan pembacaan doa oleh para ulama serta keluarga.
Sri Susuhunan Pakubuwono XIII, yang memiliki nama lahir K.G.P.H. Hangabehi, dikenal sebagai sosok yang berkomitmen menjaga keluhuran budaya Jawa di tengah modernisasi. Selama masa pemerintahannya, beliau aktif menghidupkan kembali tradisi keraton, termasuk Sekaten, Kirab Pusaka 1 Suro, dan berbagai ritual budaya lainnya yang menjadi warisan turun-temurun.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta menyampaikan duka cita mendalam atas wafatnya beliau. Gubernur Jawa Tengah dalam pernyataannya menyebut PB XIII sebagai “tokoh budaya yang berperan besar dalam menjaga harmoni antar-keraton dan mempererat silaturahmi budaya Jawa.”
Bagi masyarakat Surakarta, kepergian PB XIII meninggalkan duka mendalam. Sepanjang rute dari Keraton Surakarta menuju Imogiri, ribuan warga berjejer di tepi jalan, menaburkan bunga dan melambaikan tangan saat iring-iringan jenazah melintas.
“Beliau tidak hanya raja, tetapi juga bapak bagi rakyatnya. Sosok yang sabar, sederhana, dan sangat mencintai budaya,” ujar Sutrisno (58), warga Laweyan, Surakarta, yang turut mengikuti prosesi hingga ke Imogiri.
Dengan dimakamkannya PB XIII di Pajimatan Imogiri, berakhir sudah satu babak dalam sejarah panjang Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tradisi dan nilai luhur yang beliau wariskan diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi penerus keraton dan masyarakat Jawa pada umumnya.







