Meski begitu, sebagian pedagang tetap menjual kaus tersebut karena permintaan wisatawan cukup tinggi, khususnya dari luar daerah yang sering mengaitkan Borobudur dengan Yogyakarta.
Tanggapan Pedagang Lokal
Sejumlah pedagang menyebut bahwa kaus tersebut sudah lama beredar di pasaran. Bahkan, ada yang mengaku tidak bisa menolak menjualnya karena konsumen lebih sering mencari oleh-oleh dengan tulisan Yogyakarta dibanding Magelang. Hal ini membuat pedagang berada dalam dilema antara menjaga identitas lokal atau mengikuti selera pasar.
“Kami tahu Borobudur itu Magelang, tapi turis luar kota lebih kenal dengan Yogyakarta. Jadi, kaus ini tetap laku dijual,” ujar salah satu pedagang di kawasan Borobudur.
Reaksi Warga Magelang
Tidak sedikit warga Magelang yang menyayangkan penggunaan nama Yogyakarta pada kaus Borobudur. Mereka khawatir hal ini akan mengaburkan identitas Borobudur sebagai warisan budaya dunia yang secara administratif berada di Magelang.
Beberapa komunitas lokal bahkan mulai mendorong kampanye untuk memperkuat branding “Borobudur Magelang”, sehingga wisatawan lebih mengenal lokasi yang sebenarnya.
Baca Juga : Heboh Fenomena Hujan Es Landa Yogyakarta, Ini Penjelasan BMKG
Pandangan Wisatawan
Wisatawan dari luar daerah umumnya tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Bagi mereka, Borobudur sudah menjadi ikon pariwisata yang sering dikaitkan dengan Yogyakarta karena jarak yang relatif dekat. Namun, ada juga wisatawan yang menyebut perlu adanya informasi lebih jelas mengenai letak Borobudur yang sebenarnya.
Pemerintah Diminta Bertindak
Sejumlah pemerhati pariwisata mendorong pemerintah daerah untuk mengambil langkah lebih serius dalam memperkuat identitas Borobudur sebagai bagian dari Magelang. Upaya itu bisa dilakukan melalui promosi resmi, regulasi produk suvenir, hingga kerja sama dengan pelaku wisata.
Dengan begitu, diharapkan ke depan tidak terjadi lagi kesalahpahaman mengenai lokasi candi yang menjadi salah satu destinasi wisata utama di Indonesia ini.