Ratusan Siswa dan Guru di Saptosari Diduga Keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG)
Diskusi Yogyakarta – Ratusan siswa dan sejumlah guru dari dua sekolah di Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, dilaporkan mengalami dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG). Gejala yang muncul antara lain mual, muntah, dan pusing, yang membuat pihak sekolah serta orang tua siswa panik dan segera membawa korban ke fasilitas kesehatan terdekat.
Diketahui, guru yang ikut menjadi korban keracunan sempat mencicipi MBG terlebih dahulu sebelum diedarkan ke siswa. Langkah ini sesuai dengan arahan Badan Gizi Nasional (BGN), yang meminta guru untuk memastikan kualitas dan keamanan makanan sebelum diberikan kepada anak-anak. Selain itu, pihak SPPG (Satuan Pelaksana Program Gizi) menyiapkan porsi ekstra bagi guru untuk dicicipi, sebagai bentuk kontrol mutu.
Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, menjelaskan bahwa guru mencicipi MBG lebih awal, sekitar pukul 14.00 WIB, sedangkan siswa baru menerima makanan sekitar pukul 15.00 WIB.
“Iya, memang diminta mencicipi. Makanya mereka keracunan lebih dulu jam 2 siang, dan anak-anak baru jam 3 sore,” jelas Bupati Endah saat ditemui di Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Kamis (30/10/2025).
Bupati menambahkan, tindakan ini adalah prosedur standar yang selama ini dijalankan oleh BGN dan SPPG untuk memastikan kualitas dan keamanan MBG sebelum distribusi ke siswa. “Karena memang BGN yang meminta waktu itu, dapur juga memberikan porsi untuk mencicipi,” ujarnya.
Meski keracunan terjadi, pihak pemerintah daerah segera melakukan tindakan respons cepat, antara lain:
-
Mengevakuasi siswa dan guru ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
-
Melakukan penyisiran dan pengujian makanan MBG yang tersisa untuk memastikan penyebab keracunan.
-
Memberikan informasi dan himbauan kepada orang tua agar tetap tenang dan memantau kondisi anak-anak di rumah.
Kegiatan Makan Bergizi Gratis (MBG) sendiri merupakan program pemerintah untuk mendukung asupan gizi anak sekolah, khususnya di wilayah yang termasuk kategori rawan gizi. Program ini biasanya menyediakan menu seimbang dengan kandungan protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dalam kasus ini, dugaan keracunan kemungkinan bersumber dari kontaminasi makanan atau prosedur penyimpanan yang kurang optimal, sehingga pihak terkait akan menunggu hasil laboratorium sebelum mengambil langkah lanjutan.
Program MBG memang sangat penting untuk mencegah stunting dan kekurangan gizi pada anak, namun insiden ini menjadi pengingat bagi pemerintah dan sekolah untuk selalu menerapkan protokol keamanan pangan secara ketat, termasuk:
-
Pemeriksaan bahan baku makanan sebelum diolah
-
Kebersihan dapur dan peralatan memasak
-
Pengawasan suhu penyimpanan makanan
-
Edukasi bagi staf dapur dan guru terkait prosedur keamanan pangan
Kasus ini mendapat perhatian luas dari masyarakat, karena selain menimbulkan gejolak kesehatan, juga berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap program MBG. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh agar insiden serupa tidak terjadi lagi di masa depan, sekaligus memastikan anak-anak tetap mendapatkan asupan gizi yang aman dan berkualitas.







