Dinas Kesehatan Sleman Catat 94.017 Kasus ISPA Sepanjang 2025, Tren Meningkat Akibat Pancaroba
Diskusi Yogyakarta — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman mencatat total 94.017 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sepanjang tahun 2025. Tren kasus ini mengalami peningkatan signifikan, yang menurut Dinkes Sleman dipengaruhi oleh fenomena peralihan musim atau pancaroba.
Kepala Dinkes Sleman, Cahya Purnama, menjelaskan bahwa setiap memasuki musim pancaroba, masyarakat lebih rentan terhadap penyakit pernapasan akibat perubahan cuaca yang ekstrem dan kelembapan udara tinggi. Faktor tambahan adalah menurunnya daya tahan tubuh pada sebagian orang ketika tubuh beradaptasi terhadap fluktuasi suhu.
“Ada peningkatan di 2025 ini dan biasanya di tahun-tahun sebelumnya juga ada peningkatan seperti itu, terutama pada musim pancaroba seperti sekarang,” ujar Cahya, Jumat (31/10/2025).
“Perubahan cuaca ekstrem ini menjadi penyebab meningkatnya kerentanan masyarakat terhadap penyakit pernapasan,” tambahnya.
Data Kasus ISPA Terbaru di Sleman
Berdasarkan data Dinkes Sleman per 23 Oktober 2025, tercatat 2.463 kasus ISPA dalam empat minggu terakhir, yakni dari 26 September hingga 23 Oktober 2025 (minggu ke-39 hingga ke-42). Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 28 persen dibandingkan periode sebelumnya, yaitu 1.927 kasus yang tercatat pada 29 Agustus hingga 25 September 2025 (minggu ke-35 hingga ke-38).
Pusat-pusat kesehatan yang menjadi episentrum kasus terbanyak antara lain:
-
Puskesmas Depok 3: 216 kasus
-
Puskesmas Ngaglik 1: 202 kasus
-
Puskesmas Mlati 2: 190 kasus
-
Puskesmas Ngemplak 1: 175 kasus
Sedangkan wilayah dengan kasus ISPA paling rendah tercatat di:
-
Puskesmas Cangkringan: 41 kasus
-
Puskesmas Pakem: 46 kasus
“ISPA ini pada dasarnya self-limited, atau dapat sembuh sendiri jika daya tahan tubuh cukup kuat. Biasanya dalam waktu lima hari hingga seminggu pasien dapat pulih,” jelas Cahya.
Pencegahan dan Imbauan Dinkes
Dinkes Sleman menghimbau masyarakat untuk meningkatkan kebersihan diri, menjaga asupan gizi seimbang, serta melakukan istirahat cukup untuk memperkuat daya tahan tubuh. Pihaknya juga mengingatkan agar warga tetap memakai masker saat berada di luar rumah, terutama ketika curah hujan tinggi atau berada di lingkungan yang lembap dan berangin.
Selain itu, Cahya menyebutkan pentingnya memantau gejala awal ISPA, seperti batuk, pilek, atau demam ringan. Masyarakat yang mengalami gejala sebaiknya segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat agar mendapatkan penanganan cepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
“Deteksi dini dan pola hidup sehat menjadi kunci agar penyakit ini tidak menimbulkan masalah lebih serius, terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit penyerta,” imbuhnya.
Tren Musiman ISPA di Sleman
Dinkes Sleman mencatat bahwa musim pancaroba selalu diikuti dengan peningkatan kasus ISPA setiap tahunnya. Fenomena ini mendorong Dinkes untuk meningkatkan kesiapsiagaan Puskesmas dan melakukan kampanye edukasi kesehatan masyarakat tentang pencegahan penyakit saluran pernapasan.
“Kami juga bekerja sama dengan sekolah dan komunitas lokal untuk menyosialisasikan cara menjaga kesehatan selama musim pancaroba,” tambah Cahya.
Dengan langkah-langkah pencegahan dan kesadaran masyarakat yang tinggi, diharapkan lonjakan kasus ISPA dapat ditekan, dan warga Kabupaten Sleman tetap sehat meski menghadapi perubahan cuaca ekstrem.





